
Halayuda Politikus Licik Majapahit seperti halnya dalam cerita Mahabarata, Sengkuni sebagai sosok yang licik. Ia terkenal karena perilakunya yang kerap menghasut untuk mencapai apa yang dia inginkan.
Hasutan Halayuda Politikus Licik Majapahit
Jika di cerita Mahabarata ada Sengkuni, di Majapahitkita mengenal Halayuda atau bernama Mahapati. Karena hasutan serta tipu daya Halayuda, banyak pemberontakan yang terjadi di Majapahit. Sebagian sejarawan menduga bahwa Halayuda masih merupakan anggota keluarga kerajaan.
Dugaan ini semakin menguat karena sikap Halayuda ketika tidak memperoleh kedudukan oleh Raden Wijaya. Namun belum jelas dari mana asal usul Halayuda.
Ranggalawe dan Lembu Sora
Awal berdirinya kerajaan Majapahit sosok Halayuda belum banyak tersebut. Sosok ini muncul pada masa pemerintahan Raden Wijaya, tepatnya saat terjadi perbedaan pendapat antara Raden Wijaya dengan Ranggalawe. Perbedaan pendapat ini berdasarkan pengangakatan Mpu Nambi sebagai patih. Ranggalawe berpendapat bahwa pengabdian Lembu Sora (paman Ranggalawe) lebih besar daripada Mpu Nambi.
Ranggalawe Terbunuh
Karena pendapatnya tidak mendapat persetujuan Raden Wijaya, Ranggalawe meninggalkan Majapahit untuk kembali ke Tuban. Ketika Ranggalawe tidak ada, Halyuda memfitnah Ranggalawe dengan mengatakan kepada Raden Wijaya bahwa maksud Ranggalawe pulang ke Tuban untuk mempersiapkan suatu pemberontakan terhadap Majapahit.
Karena fitnah Halayuda, timbullah peperangan di Sungai Tambak Beras, dari perang ini Ranggalawe tewas di tangan Kebo Anabrang. Sementara Anabrang juga tewas oleh Lembu Sora yang tidak terima atas kematian keponakannya.
Lembu Sora Terbunuh
Kelicikkan Halayuda semakin menjadi, peristiwa di Sungai Tambak Beras ia jadikan alasan untuk menyingkirkan Lembu Sora. Ia memfitnah Lembu Sora dengan mengatakan kepada Raden Wijaya bahwa Lembu Sora akan berkhianat terhadap Majapahit. Akibat fitnah dari Halayuda, Lembu Sora beserta kedua sahabatnya (Gajah Biru dan Juru Demung) tewas di halaman istana.
Dengan tewasnya Lembu Sora, mimpi Halayuda untuk menjadi patih tiggal satu langkah lagi. Ia berniat menyingkirkan Mpu Nambi.
Jayanegara Naik Tahta
Setelah Raden Wijaya mangkat, Jayanegara naik tahta menggantikannya.
Dalam Pararaton, Halayuda mengatakan pada Nambi bahwa Jayanegara tidak menyukainya. Halayuda menyarankan kepada Nambi untuk menyingkir dari ibu kota untuk sementara waktu. Karena kebetulan ayahnya sakit, maka Nambi pulang ke Lumajang dengan ijin Jayanegara, namun tak boleh terlalu lama.
Karena ayahnya meninggal, Nambi tidak segera kembali ke ibu kota. Halayuda melapor kepada Jayanegara alasan Nambi tidak segera kembali ke ibu kota karena ia sedang menyusun rencana untuk melakukan pemberontakan.
Karena perkataan Halayuda ini, Jayanegara memerintah untuk menghabisi Nambi dan keluarganya.
Setelah Nambi terbunuh, ambisi Halayuda pun tercapai.
Kelicikan Halayuda Terbongkar
Kelicikan Halayuda terbongkar pada masa kekuasaan Jayanegara. Halayuda dicopot secara paksa dari jabatannya sebagai Patih Majapahit. Ia dihukum mati dengan cara cineleng-celeng atau dicabik-cabik tubuhnya oleh Bekel Jaka Mada.
Arya Tadah selanjutnya menggantikan Jabatan Patih Majapahit.